Senin, 31 Desember 2012
API CEMBURUMU
tika malam menyekap
kulihat bulan bercadar
penghuni langit membisu
diam tak bersuara
sunyi
disini aku sendiri
melatih hati penuh kesabaran
hingga ku pasti
tersingkap cadar ungu mu
duhai kekasih
kugenggam erat mawar di tangan
ku tiada bisa berhenti di persimpangan jalan
akan kah kau menatap ku dengan terang mu
sedangkan aku disini
gelisah tak berkhabar
haruskah melayu
sekuntum mawar merah di tangan?
sedangkan cinta ku ini sungguh bergelora pada mu
kekasih
bila kau tiada menerangi
aku kan gelisah hingga ajal menjemput
mungkinkah rasa cemburu mu itu masih membara?
hingga tiada pernah kau bisa
melupakan kisah percintaan antara aku dengan nya
kekasih
ini hati ku, mawar yang merekah
kan ku beri, pengganti hati mu yang lara
jangan kau membisu dari segala kebenaran
jangan kau biarkan, aku tiada
hangus dalam api cemburu Mu
KIDUNG MALAM
Pesona malam ber badik
Wajah abit ber sabit
Datang jiwa ber bashir
Dalam hati ber khabir
Datanglah wahai rahasia malam
Dalam kencan hati ber taman
Pesona jiwa, indah membayang
Wajah asma tumbuh bersemi
Akulah ruh dalam tiupan
Di hembus kudus dalam asmarah
Menjadi aku bagi diri mu
Dalam hati ku ada rahmani
Nyanyian malam pujaan hati
Wajah rahmani kian membayang
Malaikat maut berdatangan
Silih berganti memberi pesan
Ajalku kan sampai di perbatasan
Wajah indah ku menggelap sesaat
Terpaku terang wajah rembulan
Membuat lupa diri yang ada
Wahai malam yang penuh makna
Sembunyimu dalam malam
Terangi aku meski kau tak ada
Serupa purnama tarian membayang
MENGAPA KAU PERGI
Tika kau pergi
Disini aku sendiri
Merenungi segala yang terjadi
Mestikah ku pungkiri?
Segala Rasa yang begitu tulus di hati?
Atau kah harus ku tutupi?
Segala kisah yang pernah terjadi?
Dan kulalui dengan senyum yang tiada pasti
Dan kulupakan di kau meskipun sakit di hati
Kasih,
Tika kau pergi
Baru kusadari
Betapa kau sungguh sangat berarti,
Bagaikan bidadari
Kau telah menjelma di hati
Dimana lagi harus ku mencari?
Duhai bidadari hati,
Kau, yang selalu indah menetap di hati
Telah pergi dari lubuk hati
Meninggalkan luka rindu yang menyayat hati
Kembalilah kasih, dengan lantunan merdu suara hati,
Biar ku menari
Melupakan segala duka yang menyayat hati
Betapa aku bagaikan teratai
Yang merindu air dan terkulai
Kering, hampa, dengan air mata yang berderai
Duhai bidadari hati,
Mengapa kau pergi?
serasa hidup ini tiada berarti
tanpa di kau bidadari hati…
CINTA MU SEMUSIM
telah gugur melayu
sekuntum bunga cinta
tergilas cinta semusim
tinggalkan sepi dan kecewa
entah aku yang ber mula
atau kau yang berpura
terlalu ku ber harap
hingga perih merantai
cinta yang ku tanam
kini hancur berderai
cintamu semusim
kau pergi tinggalkan aku
dan kecewa....
aku tiada menyangka
secepat ini kau berlalu
bayang bahagia itu
terhapus tangisan luka
harus kemana ku bersandar
permainan cinta mu
mencabik jiwa dan raga ku
betapa tulus ku beri
mengapa empedu ku rasa
cinta semusimmu
bagai sembilu menyayat
jangan cinta kau anggap permainan
hingga meluka hati yang percaya
meski pilu telah melanda
ku tetap harap kau bahagia
MENJADI DIRIMU
mimpi itu menjelma
menjadi nyata
kau tak sendiri
hadirnya dalam ketiadaanmu
menjadi jiwa bagi mu
apa yang kau lihat
itulah diri mu
dengan kebeningan cinta
kau kan tersenyum
kekasihmu indah bermesrah dengannya
cemburukah kau?
sungguh rasa mu telah hilang dari mu
kerana kau adalah dua kekasih itu
bercumbu rayu menjadi cinta bagi diri mu
menjadi nyata
kau tak sendiri
hadirnya dalam ketiadaanmu
menjadi jiwa bagi mu
apa yang kau lihat
itulah diri mu
dengan kebeningan cinta
kau kan tersenyum
kekasihmu indah bermesrah dengannya
cemburukah kau?
sungguh rasa mu telah hilang dari mu
kerana kau adalah dua kekasih itu
bercumbu rayu menjadi cinta bagi diri mu
WAKTU
detik demi detik
kau pergi
menatapku dalam ingat
tak bisa ku gapai
kau berlalu
menjadi aku
bagi diri ku
kau membekas
menjelma manjadi tawa
menjadi sedih
menjadi apa
entah
seperti apa diri ku nanti
apa seperti ini
apa seperti itu
semua kerana aku ....pada mu
bisakah kau ku gapai?
pergi mu hilang sembunyi
entah di peraduan mimpi
dalam hayal pun kau tak hadir
hanya kenang menepis rasa
waktu...
kau berlalu
tak bisa ku ubah
tak bisa ku gapai
mimpi ini telah menjelma
harus bagaimanakah aku?
agar rasa ini berubah?
KURASA
malam semakin sepi....
kurasa,
hening,
tak ber kabut
dimana gelisah ku?
yang kemarin masih ada,
mungkin pergi
mungkin tertidur
entah
kurasa,
damai kurasa
sejuk,
berembus dari balik poriku...
kurasa,
semuanya luas
semakin luas,
kurasa,
denyutku pelan berdetak,
darah ku bagai sungai
mengalir...
kurasa,
hening sepi,
kurasa,
sejuk,
napasku terhenti,
kurasa,
tubuhku bernapas,
kurasa
sejuk....kurasa...sejuk...
semakin ringan
semua melambai
bagai tertiup angin
kurasa,
kurasa...
dan kurasa...
PULANGLAH PULANG
pulanglah pulang
ibu mu lelah menanti
jangan kau bersembunyi
di kan cemas mencari
singgah mu menandakan mu
tutur mu menandakan jiwa mu
meski seribu bahasa kau poles
diri mu tetap bayang mu
prisai mu adalah luhurmu
terlihat jelas sorot mata mu
meski langit kau puja
diri mu tetap bayangmu
petiklah nada sejati
hindari ramai yang menghujani
bila pergi seorang diri
diri mana yang kau cari?
janganlah bertukar rupa
selimuti diri dengan dupa
meski cahaya langit kau puja
dirimu tetap bayang mu
duri itu bukan duri
diri mu yang belum berdiri
meski seribu canda kau hempas
duri itu tak pernah mengelupas
jangan genangi air yang ada
bawalah itu ke tanah tinggi
aliri diri dengan rasa
kau kan berdiri menjadi pertapa
pulanglah ke tanah mu
adam mu masih menanti
walau seribu bisikan kau dengar
itu hanya cerita iblis berbagi
jangan diri kau gadai
nanti pailit merugi
dengan apa kau bayar
bila tak kenal akan diri
mari jalankan itu
kemudi yang di beri
agar kau tak tersesat
wasiat itu kau pakai
PERCAYALAH
apa yang bisa ku beri pada mu?
sebentuk cinta yang enggan kau terima
mestikah aku menipu mu?
sungguh rayuan ku tak seperti mau mu
hanya ini yang ku punya
itu pun kalau kau terima
sudihkan kau memahami ku?
seperti ini perasaan ku pada mu
kekasih
bukan aku tak sudih
diam ku adalah cinta
bisakah kau pahami aku?
seperti ini kasih ku pada mu
jangan kau enggan kerana maumu
lihatlah juga keadaan ku
kalau aku tak bisa seperti itu?
apakah kau akan pergi dari ku?
percayalah kekasih
cintaku tulus pada mu
mungkin bersabar adalah jodoh
sungguh tak akan mungkin
aku menduakan mu
ANAK ANAK ITU
gelak tawa
anak-anak manja
berbisik satu sama lain
aku punya ini
aku punya itu
kau punya apa?
gelak itu terdengar
di sela rintihan itu
aku tak punya
aku tak bisa
aku lapar
adakah cemburu di sela itu?
hanya bisu menatap
mungkin sudah takdir
mungkin harus begini
aku anak-anak itu
aku anak-anak ini
yang punya dan tak punya
apa bisa ku berbuat
kalau memang aku merasa
mungkin sudah takdir
itu kata mu
tapi bila cemburu itu ada?
tapi bila mereka melakukan itu?
apakah itu takdir?
kau tak akan mengerti
itu bukan takdir
anak-anak itu
jelmaan diri mu
mari rangkulah itu
satu kan anak-anak itu
agar mereka tak cemburu
agar mereka saling berbagi
menjadi anak-anak
seperti mau mu
GEMINTANG PILU
jerit tangis
anak-anak malam
jerit pilu
nyanyikan lagu sepi
rindu ilalang akan bulan
sepi merantai tak kunjung tertiup bayu
serasa malam semakin mencekam
oh gemintang pilu
dekaplah aku dalam cumbu rayu
kekasihku enggan menyapa
merantai diri
aku bertapa
anak-anak malam
jerit pilu
nyanyikan lagu sepi
rindu ilalang akan bulan
sepi merantai tak kunjung tertiup bayu
serasa malam semakin mencekam
oh gemintang pilu
dekaplah aku dalam cumbu rayu
kekasihku enggan menyapa
merantai diri
aku bertapa
AKU ADA UNTUK MU
nyanyian malam mu begitu memikat
meski merdumu adalah luka
tak bergeming hati ku ber lalu
akan ku toreh kasih menyala
dengan ikhlas hati memuji
mungkin kah kau kan peduli?
meski sejuta lara kau lagu kan
kan ku rangkul dengan rindu menggebu
kekasih
aku benar jatuh hati pada mu
meski sunyi enggan melepas
ku tau tangisan mu sedikit terhenti
usah kau bermuram durja
adaku adalah untuk mu
kan ku hapus peluh luka mu
dengan cumbu tulus ku
usah kau menanti ragu
tepislah lah dengan rindu ku
hanya sejuk yang ku tawarkan
cintaku tak berpalung dusta
percayalah kekasih
adaku adalah untuk mu
lupakan irama lama
mari rangkul aku dengan sisa kasih mu
kan ku beri sejuta rasa
biar kau lupa
sedih merana
SUFI
sufi itu aneh...
yang sebenar aneh itu kamu
yang tak mengerti akan diri
hingga menyangka itu dirimu
sufi itu anugrah
bagi siapa yang mau,
mengenal diri itu harus
agar tau bayang menyelimuti
mengenal Allah itu lupa
bila tau Allah itu ada
bila paham akan diri
Dirimu akan berdiri
yang berjalan itulah Dia
jiwa yang mengenal akan jalan pulangnya
bila Dia telah berjalan
dirimu yang lain mulai mengelupas
sufi itu tak perlu di pelajari
tapi dirasa dengan cinta
dengan kasih Dia yang ada pada mu
bila kau mulai menanam cinta
jagalah agar tak merugi
bila takut akan diri
mulailah benah diri
agar cermin mu nanti
terpampang wajah indah
jiwa sufi itu kamu
yang mengerti akan aku
bila tiada merasa benci
maka ada Cinta di hatimu
Dia itu cinta
di pupuk dari kesadaran
bahwa semua yang di lakukan
di perhatikan oleh maha cinta
bila sadar akan diri
maka jalan pulang kan terlihat
meski masih samar
ilham itukan berkedip
dalam diri ada pintu
semua waktu kan menyatu
bila pandai menyelam
jangan tergiur mutiara itu
WAJAH ITU
WAJAH ITU
sekilas nampak bayangan
wajah itu...wajah ibu ku
sendu lesuh dan tua
mengapit aku dalam bisik canda
anak ku...mari peluk aku
terdiam sesaat
aku melompat
ingatan ku akan ibu ku
entah sedang apa dia
aku rindu memeluk nya
bayang samar itu begitu indah
meski lusuh....dia ibu ku
aku haru mendengar rintihan
tika aku jauh, dia begitu ku rindu
apa bisa aku pada mu ibu?
kau tak ingin aku seperti ini,
lalai dari doa untuk mu
mungkin kau tak ingin
mungkin cukup aku berbuat baik
itu sudah cukup bagi mu
tapi bagi ku
dunia dan langit tak cukup untuk mu
ibu....
wajah mu ku kenang dalam hiruk pikuk ini
dalam lalai, ku mengenang mu
apa bisa aku pada mu
serasa tak bisa, aku seperti ini
hanya doa,
aku membalas mu
wajah itu...
wajah ibu ku
sekilas nampak bayangan
wajah itu...wajah ibu ku
sendu lesuh dan tua
mengapit aku dalam bisik canda
anak ku...mari peluk aku
terdiam sesaat
aku melompat
ingatan ku akan ibu ku
entah sedang apa dia
aku rindu memeluk nya
bayang samar itu begitu indah
meski lusuh....dia ibu ku
aku haru mendengar rintihan
tika aku jauh, dia begitu ku rindu
apa bisa aku pada mu ibu?
kau tak ingin aku seperti ini,
lalai dari doa untuk mu
mungkin kau tak ingin
mungkin cukup aku berbuat baik
itu sudah cukup bagi mu
tapi bagi ku
dunia dan langit tak cukup untuk mu
ibu....
wajah mu ku kenang dalam hiruk pikuk ini
dalam lalai, ku mengenang mu
apa bisa aku pada mu
serasa tak bisa, aku seperti ini
hanya doa,
aku membalas mu
wajah itu...
wajah ibu ku
ADAKU ADAMU
adaku kerana adamu
mestikah kupaham akan kelabu?
sedang dirimu adalah angan ku
jangan kau tutupi kisah mu
berbagilah sendu mu pada ku
akan ku tampung air mata mu
dengan tada hati ku yang tulus
lihatlah aku yang mengemis
tak ku peduli comberan itu
meski nila itu kau sirami
tiada mengelupas rindu ku pada mu
mestikah kupaham akan kelabu?
sedang dirimu adalah angan ku
jangan kau tutupi kisah mu
berbagilah sendu mu pada ku
akan ku tampung air mata mu
dengan tada hati ku yang tulus
lihatlah aku yang mengemis
tak ku peduli comberan itu
meski nila itu kau sirami
tiada mengelupas rindu ku pada mu
PENCARI AKSARA HILANG
aku pencari aksara hilang
terendam lumpur lara
harus kah aku pulang
sedang mustika itu ada pada mu
aku pencari jejak cinta
hingga ku temu berbalut duka
haruskah aku pulang
sedang kau adalah nyata ku
wahai engkau jeritan malam
selendangmu menegur ku
haruskah aku pulang
sedang cintaku adalah diri mu
tak ingin ku bermain ilusi
berteka-teki dengan waktu
akan ku buka ujud mu
biar menjelma manjadi senyum ku
terendam lumpur lara
harus kah aku pulang
sedang mustika itu ada pada mu
aku pencari jejak cinta
hingga ku temu berbalut duka
haruskah aku pulang
sedang kau adalah nyata ku
wahai engkau jeritan malam
selendangmu menegur ku
haruskah aku pulang
sedang cintaku adalah diri mu
tak ingin ku bermain ilusi
berteka-teki dengan waktu
akan ku buka ujud mu
biar menjelma manjadi senyum ku
CINTA MU UNTUK SIAPA
sejujurnya
aku sayang pada mu
cintaku tak berpalung dusta
kau mendiam
aku mendiam
bisu bersama mimpi
mungkin kau seperti itu
mungkin aku seperti ini
hanya sangka
dalam pikir
dan semua itu
hanya mungkin
mungkinkah rasa percaya masih ada?
seiring cinta yang penuh tanya
dengan rindu bermain kata
aku terdiam kaku
menanti menunggu
pesan ku berlalu
kau bagai angin
terhembus lalu pergi
sejuk sesaat penuh tanya
cinta mu untuk siapa?
aku atau dia ?
mungkin aku hanya ber sangka
diam mu mengguncangku
selimuti rindu ku dengan tanya
kasih
wajah mu
ada di hati ku
bermain bersama tanya ku
kau...
jawab aku
cinta mu untuk siapa?
CINTA KU HANYA UNTUK MU
selama aku mencari
selama aku menanti,
kau tak pernah ada,
mestikah hampa ku puja?
kau yang entah dimana
pergi menari bersama mimpi
hingga ratapan ku,
asing bagi mu
rintihan semalamku,
masih saja terngiang
aku atau diri mu yang terselebung?
dirimu kian membiru
memekat bersama cinta mu yang enggan bicara
aku terangkul sepi
betapa ku butuh hadir mu
kau yang bersembunyi di balik bintang
meninggi bersama sunyiku yang tak berhujung
kemana hasrat ku mencari,
kau enggan menyapa
dirimu dalam pekat rindu
aku merindu menanti
bukan ujud semu ku beri
kau tawar zamrud di dada
lalu..
kau hilang di telan mimpi
adakah itu kau yang begitu nyata
menyulam sepiku dalam telaga rindu?
kasih
cubitlah rindu ku
dengan tulus kasih mu
kan kau rasa
cinta ku hanya untuk mu
ADINDA KU
adinda ku
usah kau menangis
aku disini
setia menemani
kan ku hapus air mata mu
katakanlah
apa yang kau rasa?
hingga rintihan mu terdengar oleh hati ku
adinda ku
usah kau gundah
aku enggan pergi dari mu
setia ku melebihi cinta mu
percayalah
aku ada untuk mu
adinda ku
usah bersedih
usah selimuti diri dengan pilu
rindu ku melebihi rindu mu
percayalah
aku ada untuk mu
harus bagaimana aku pada mu?
katakan...
agar aku menjadi seperti mau mu
adinda ku..
suram mu melanda ku
aku gigil di terpa hujan mu
gelap membawa ku dalam tanya
dimana cheria menerangimu?
apa benar
cinta mu tulus untuk ku?
bila ia
usah kau bersedih
tersenyumlah
dengan begitu
aku dan kau
saling mencumbu
MIMPI KITA
Adinda ku
seiring
petasan menggema
memecah api-api di langit
berganti tahun
berganti bulan
kupinta, ….
demi cinta
demi kita…….
adinda ku,
tanggalkan ragu mu
lihatlah aku di depan mu
usah kau toleh yang lalu
yakinlah …adinda ku
adaku untuk mu
kan ku semai cinta ku
agar menepi duka ragu mu
aku disini enggan berlalu
seiring mimpi kita
mari gapai bahagia itu
kau dan aku
dalam
KITA
dalam cinta
tak berbagi dan berpaling
biarkan cinta ku cinta mu
mengecup mimpi kita…
adinda ku
mari….rangkul aku
dengan senyum mu
kita kan terbangun
dalam nyata
impian kita
seiring
petasan menggema
memecah api-api di langit
berganti tahun
berganti bulan
kupinta, ….
demi cinta
demi kita…….
adinda ku,
tanggalkan ragu mu
lihatlah aku di depan mu
usah kau toleh yang lalu
yakinlah …adinda ku
adaku untuk mu
kan ku semai cinta ku
agar menepi duka ragu mu
aku disini enggan berlalu
seiring mimpi kita
mari gapai bahagia itu
kau dan aku
dalam
KITA
dalam cinta
tak berbagi dan berpaling
biarkan cinta ku cinta mu
mengecup mimpi kita…
adinda ku
mari….rangkul aku
dengan senyum mu
kita kan terbangun
dalam nyata
impian kita
Rabu, 26 Desember 2012
AKU TAK BERDUSTA
nyanyian malam begitu memikat
tak ku rasa aku benar jatuh hati pada mu
meski sunyi masih enggan melepas
ku tau tangisan mu sedikit terhenti
kekasih
usah kau bermuram durja
adaku adalah untuk mu
kan ku hapus peluh luka mu
dengan cumbu ketulusan cinta ku
usah kau menanti ragu
tepislah lah dengan kasih membara
hanya sejuk yang ku tawarkan
cintaku tak berpalung dusta
tak ku rasa aku benar jatuh hati pada mu
meski sunyi masih enggan melepas
ku tau tangisan mu sedikit terhenti
kekasih
usah kau bermuram durja
adaku adalah untuk mu
kan ku hapus peluh luka mu
dengan cumbu ketulusan cinta ku
usah kau menanti ragu
tepislah lah dengan kasih membara
hanya sejuk yang ku tawarkan
cintaku tak berpalung dusta
BIRU MU MEMEKAT
selama aku mencari
selama aku menanti,
kau tak pernah ada,
mestikah aku memuja hampa?
kau yang entah dimana
pergi menari bersama mimpi
hingga ratapan ku,
asing bagi mu
rintihan semalamku,
masih saja terngiang
aku atau diri mu yang terselebung?
selendangmu kian membiru
memekat bersama cinta mu yang enggan bicara
aku terangkul sepi
betapa ku butuh hadir mu
kau yang bersembunyi di balik biru
meninggi bersama sunyiku yang tak berhujung
kemana hasrat ku mencari,
kau enggan menyapa
dirimu dalam pekat biru
aku merindu menanti mu
bukan ujud semu ku beri
ku tawar zamrud di dada ku
kau hilang di telan mimpi
adakah itu kau yang begitu nyata
menyulam sepiku dalam telaga biru?
cubitlah rindu ku
dengan tulus kasih mu
kan kau rasa bahagia
cinta ku hanya untuk mu
DUNIA SUFI
dunia sufi itu aneh...
yang sebenarnya aneh itu kamu
yang tak mengerti akan diri
hingga menyangka itu dirimu
dunia sufi itu anugrah
bagi siapa saja yang pingin,
mengenal diri itu keharusan
agar tau bayang menyelimuti
mengenal Allah itu lupa
bila tau Allah itu ada
bila paham akan diri
Dirimu akan berdiri
yang berjalan itulah Dia
jiwa yang mengenal akan jalan pulangnya
bila Dia telah berjalan
dirimu yang lain menjadi sirnah
sufi itu tak perlu di pelajari
tapi dirasa dengan cinta
dengan kasih Dia yang ada pada mu
bila kau mulai menanam cinta
jagalah agar tak merugi
bila takut akan diri
mulailah benah diri
biar cerminmu nanti
terpampang wajah indah
jiwa sufi itu kamu
yang mengerti akan aku
bila tiada merasa benci
maka ada Cinta di hatimu
Dia itu cinta
di pupuk dari kesadaran
bahwa semua yang di lakukan
di perhatikan oleh maha cinta
bila sadar akan diri
maka jalan pulang kan terlihat
meski masih samar
ilham itukan berkedip
dalam diri ada pintu
semua waktu kan menyatu
bila pandai menyelam
jangan tergiur mutiara itu
yang sebenarnya aneh itu kamu
yang tak mengerti akan diri
hingga menyangka itu dirimu
dunia sufi itu anugrah
bagi siapa saja yang pingin,
mengenal diri itu keharusan
agar tau bayang menyelimuti
mengenal Allah itu lupa
bila tau Allah itu ada
bila paham akan diri
Dirimu akan berdiri
yang berjalan itulah Dia
jiwa yang mengenal akan jalan pulangnya
bila Dia telah berjalan
dirimu yang lain menjadi sirnah
sufi itu tak perlu di pelajari
tapi dirasa dengan cinta
dengan kasih Dia yang ada pada mu
bila kau mulai menanam cinta
jagalah agar tak merugi
bila takut akan diri
mulailah benah diri
biar cerminmu nanti
terpampang wajah indah
jiwa sufi itu kamu
yang mengerti akan aku
bila tiada merasa benci
maka ada Cinta di hatimu
Dia itu cinta
di pupuk dari kesadaran
bahwa semua yang di lakukan
di perhatikan oleh maha cinta
bila sadar akan diri
maka jalan pulang kan terlihat
meski masih samar
ilham itukan berkedip
dalam diri ada pintu
semua waktu kan menyatu
bila pandai menyelam
jangan tergiur mutiara itu
PULANGLAH KE TANAH MU
\
singgah mu menandakan mu
tutur mu menandakan jiwa mu
meski seribu bahasa kau poles
diri mu tetap bayang mu
prisai mu adalah luhurmu
terlihat jelas sorot mata mu
meski langit kau puja
diri mu tetap bayangmu
mari lantunkan nada sejati
hindari ramai yang menghujani
bila pergi seorang diri
diri mana yang kau cari?
janganlah bertukar rupa
selimuti diri dengan dupa
meski cahaya langit kau puja
dirimu tetap bayang mu
duri itu bukan duri
diri mu yang belum berdiri
meski seribu canda kau hempas
duri itu tak pernah mengelupas
jangan genangi air yang sudah ada
bawalah itu ke tanah tinggi
aliri diri dengan rasa
kau kan berdiri menjadi pertapa
pulanglah pulang ke tanah mu
adam mu masih enggan menanti
walau seribu bisikan kau dengar
itu hanya cerita iblis berbagi
singgah mu menandakan mu
tutur mu menandakan jiwa mu
meski seribu bahasa kau poles
diri mu tetap bayang mu
prisai mu adalah luhurmu
terlihat jelas sorot mata mu
meski langit kau puja
diri mu tetap bayangmu
mari lantunkan nada sejati
hindari ramai yang menghujani
bila pergi seorang diri
diri mana yang kau cari?
janganlah bertukar rupa
selimuti diri dengan dupa
meski cahaya langit kau puja
dirimu tetap bayang mu
duri itu bukan duri
diri mu yang belum berdiri
meski seribu canda kau hempas
duri itu tak pernah mengelupas
jangan genangi air yang sudah ada
bawalah itu ke tanah tinggi
aliri diri dengan rasa
kau kan berdiri menjadi pertapa
pulanglah pulang ke tanah mu
adam mu masih enggan menanti
walau seribu bisikan kau dengar
itu hanya cerita iblis berbagi
MARIA
MARIAku
kaku ku berkata nama mu
serasa tabu, ku sebut kau di bibirku
begitu haru aku memuja mu
hingga lupa aku pada diri ku
tiada ku sangka kau hilang dari jiwa ku
memberi duka mematung jasadku
apakah bisa ku lalui ini tanpa mu?
seolah mati, ku ingin bersama mu
kau adalah nafas bagiku
pergi merantai rindu ku membeku
adakah kembalimu dalam mimpiku?
betapa rindu, aku pada mu
maria....
jiwa ku resah berdenyut memuja
seolah mati adalah jumpa
kau yang ku cinta entah dimana
wangi melatiku mencium pusara
aku yang sepi, sendiri ber doa
serasa tak percaya kau telah tiada
mungkinkah mimpi menjadi nyata?
meski tak mungkin tetap ku pinta
mariaku....
aku merindu kembali mu
bayang wajah mu seolah mendekapku
tak akan bisa, kau hilang dari ingatanku
nantikan aku, di pintu mati ku
kaku ku berkata nama mu
serasa tabu, ku sebut kau di bibirku
begitu haru aku memuja mu
hingga lupa aku pada diri ku
tiada ku sangka kau hilang dari jiwa ku
memberi duka mematung jasadku
apakah bisa ku lalui ini tanpa mu?
seolah mati, ku ingin bersama mu
kau adalah nafas bagiku
pergi merantai rindu ku membeku
adakah kembalimu dalam mimpiku?
betapa rindu, aku pada mu
maria....
jiwa ku resah berdenyut memuja
seolah mati adalah jumpa
kau yang ku cinta entah dimana
wangi melatiku mencium pusara
aku yang sepi, sendiri ber doa
serasa tak percaya kau telah tiada
mungkinkah mimpi menjadi nyata?
meski tak mungkin tetap ku pinta
mariaku....
aku merindu kembali mu
bayang wajah mu seolah mendekapku
tak akan bisa, kau hilang dari ingatanku
nantikan aku, di pintu mati ku
ILALANG YANG TERBUANG
aku ilalang yang terbuang
terantai hidupku dalam serepihan nista
meski tercekik kemarau gusar
senyum ku tetap indah dalam perih ku
aku ilalang yang terbuang
wajah ku kusut di mata mu
meski aku tak kau suka
senyum ku selalu untuk mu
aku ilalang yang terbuang
terhempas dilema suram wajah mu
meski aku tak kau anggap
cinta ku pada mu tetap kusimpan
campakan aku dalam nista mu
bila itu kepuasan mu
meski aku terbakar dusta mu
hatiku pasrah apa mau mu
kau tak akan mengerti akan diri ku
cinta ku suci tak ber noda
meski hina di setiap kebesaran mu
aku bahagia
menjadi ilalang terbuang mu
MELATI MEMBIRU
melati...melati...
melatiku sayang
aku jatuh hati pada mu
siang dan malam kau ku rindu
cintaku menggila kerana mu
mengapa aku, tak kau sapa
dengan cinta mempesona
senyummu yang menawan
membuat aku tertawan
melati..melati...
melati ku sayang
kau selalu kudamba
dengan rindu memburu
ingin ku sunting diri mu
dengan jiwa dan raga ku
kan ku jadikan kau milikku
bersanding dengan cinta ku yang suci
melatiku sayang
kini rindu ku membiru
seiring malam tanpa mu
kupandang rembulan tiadalah terang
hasratku mati kau menghilang
jatuhlah aku dalam rindu membiru
melatiku sayang
aku jatuh hati pada mu
siang dan malam kau ku rindu
cintaku menggila kerana mu
mengapa aku, tak kau sapa
dengan cinta mempesona
senyummu yang menawan
membuat aku tertawan
melati..melati...
melati ku sayang
kau selalu kudamba
dengan rindu memburu
ingin ku sunting diri mu
dengan jiwa dan raga ku
kan ku jadikan kau milikku
bersanding dengan cinta ku yang suci
melatiku sayang
kini rindu ku membiru
seiring malam tanpa mu
kupandang rembulan tiadalah terang
hasratku mati kau menghilang
jatuhlah aku dalam rindu membiru
NUR ILLAHI PANCARKAN SOMBONG MU
NUR ILLAHI
PANCARKAN SOMBONG MU
rintik hujan
menetes ke bumi
membasahi senja hari
kilau cahya sinar sang mentari
menyinari hati ini
nur illahi pancarkan sombong mu
ber tekuk sudah dada membusung
silih berganti tiada henti
pahala dan dosa kau sebarkan
rintik hujan warnai ruhani
di sela pelangi mentari tersipu
membentang dosa di dada purnama
pahala menyapu, taubat tersungkur
nur illahi pancarkan sombong mu
ber tekuk sudah tanduk-tanduk setan
bawa bencana bagi dunia
tertata nirvana nur insani
nur illahi pancarkan sombong mu
meredup sudah selendang-selendang iblis
kemilau hati, diri yang pasrah
terukir janji terpampang di dada
kilau cahya sinar sang mentari
terbias tangisan tampakan warna insani
nur illahi pancarkan sombongmu
kalimat tauhid membusungkan dada
PANCARKAN SOMBONG MU
rintik hujan
menetes ke bumi
membasahi senja hari
kilau cahya sinar sang mentari
menyinari hati ini
nur illahi pancarkan sombong mu
ber tekuk sudah dada membusung
silih berganti tiada henti
pahala dan dosa kau sebarkan
rintik hujan warnai ruhani
di sela pelangi mentari tersipu
membentang dosa di dada purnama
pahala menyapu, taubat tersungkur
nur illahi pancarkan sombong mu
ber tekuk sudah tanduk-tanduk setan
bawa bencana bagi dunia
tertata nirvana nur insani
nur illahi pancarkan sombong mu
meredup sudah selendang-selendang iblis
kemilau hati, diri yang pasrah
terukir janji terpampang di dada
kilau cahya sinar sang mentari
terbias tangisan tampakan warna insani
nur illahi pancarkan sombongmu
kalimat tauhid membusungkan dada
Rabu, 12 Desember 2012
MEMAHAMI TUHAN
Semua kitab yang di sucikan
Menjelaskan tentang ke Tuhan-an dan solusi kehidupan,
Namun pada kitab apa saja
Masih ada pertanyaan dan perbedaan pemahaman
Bahkan lebih dari itu, terjadi pertikaian dan pertumpahan darah
Meski pada pemeluk yang sama
Bagaimana menurut mu?
Kalau aku katakan itu wajar dan manusiawi
Kerana bagi ku perbedaan adalah rahmat
Yang penuh dengan hikmah, bagi yang mau
Dan semua itu adalah anugrah
Ada orang dengan bersusah payah menjemput anugrah
Ada orang yang enggan menjemput anugrah
Ada orang yang tanpa ber susah di datangi anugrah
Meskipun orang itu hina di mata kita
Dan semua orang tidak mengetahui apa yang akan di perolehnya
Termasuk yang manakah diri ku?
Agar aku paham sipakah diri ku, dan wujud Tuhan?
Untuk memahami Tuhan
Apa yang harus ada pada ku?
Apa yang harus aku lakukan?
Kenalilah diri mu
Maka kau akan mengenal Tuhan mu!
Tuhan yang mana yang telah ku kenal?
Diri ku yang mana yng telah ku kenal?
Aku sering berkata -berkata,
“Tuhan tidak adil”
Benarkah Tuhan tidak adil?
Tapi sadarkah aku, yang tidak adil adalah diri ku?
Pada diriku sendiri saja aku tidak adil
Bagaimana aku bisa adil dengan yang lain?
Aku hanya memahami diri ku hanyalah jasad,
Diriku hanyalah nafsuh, diri ku hanyalah akal
Dan ku lupa, ada yang lebih indah dalam diri ku
Yaitu Ruh, yaitu sifat mulia Tuhan yang ada pada ku
Sebagai kado bagi diri ku
Seandinya kado itu bisa ku buka
Insya Allah, aku bisa memahami ,
kerana cinta aku tercipta
Dan cinta adalah aku
Yang mencintai tanpa pilih kasih
Yang mencintai semua tanpa memandang beda
Sebab ku tahu
ada cinta dalam semua
Dan semua adalah cinta
Dan cinta adalah anugrah Tuhan
Bila kau memiliki cinta
Kau akan memahami ....
......Tuhan......
Langganan:
Postingan (Atom)